Sejarah Kolonialisme di Filipina
            Semenjak abad IX hingga abad XVI Masehi, Filipina menjadi rute perdagangan maritim internasional yang membentang dari Laut Merah hingga Laut China Selatan dan dikuasai mayoritas oleh pedagang muslim. Pedagang muslim ini sering singgah di kepulauan Filipina Selatan yang kemudian juga turut menyebarkan agama Islam disana. Terdapat beberapa perkembangan yang dihasilkan dari peradaban Islam disana terutama di Kepulauan Mindanao, mereka telah memiliki sistem sosial dan politik yang lebih maju dibandingkan wilayah lain. Mereka menganut sistem kesultanan dengan model kekalifahan Islam.
            Pada tanggal 16 Maret 1521 bangsa spanyol datang di Pulau Samar yang dipimpin oleh Ferdinand Magellan. Ia kemudian menamakan pulau tersebut San Lazaro dan mengklaimnya untuk Spanyol. Magellan kemudian melanjutkan perjalanannya ke Cebu dan membaptis raja Humabon beserta 800 orang Cebuano lainnnya menjadi Kristen. Pada tanggal 27 April 1521 Magellan terbunuh saat membantu memadamkan pemberontakan Lapu-lapu. Selanjutnya, empat ekspedisi Spanyol ke Filipina terjadi antara tahun 1525-1542. Pada ekspedisi yang keempat, Ruy Lopez de Villalobos memberikan nama Philippines untuk pulau yang ditemukan Magellan yang diambil dari nama Raja Spanyol kala itu yaitu Raja Philip II. Secara resmi Filipina menjadi koloni bangsa Spanyol pada tahun 1565 saat Raja Philip II menunjuk Miguel Lopez de Legazpi sebagai Gubernur Jenderal yang pertama dan memilih Manila sebagai ibukota wilayah koloni pada tahun 1571. Sekitar 200 tahun awal masa penjajahan Spanyol di Filipina koloni tersebut terisolasi dari dunia luar. Baru pada tahun 1762 Filipina mulai terbuka dengan dunia luar. Spanyol kemudian bermaksud untuk menjadikan kota Manila sebagai pusat perdagangan di Asia. Mereka menjadikannya gudang rempah-rempah sehingga nantinya kapal-kapal dari Eropa tinggal membeli dan membawanya kembali ke Eropa. Manila kemudian maju dengan pesar melebihi tanah jajahan Amerika dan menjadi pelabuhan perantara ke tanah jajahan di Asia lainnya.

            Penjajahan Spanyol di Filipina berlangsung selama kurang lebih 377 tahun dan merupakan era kristenisasi bangsa Filipina. Hampir semua pulau di Filipina kecuali Mindanao dikristenkan, sebab pulau Mindanao dan daerah kepulauan bagian selatan Filipina sangat kental dan berusaha kerasa mempertahankan ideologi Islamnya, selain itu mereka juga sangat menentang keras penjajahan Spanyol. Pada masa penjajahan Spanyol ini, mereka berusaha mengajarkan dan membudayakan masyarakat Filipina seperti kalangan masyarakat Eropa pada umumnya, seperti dalam hal pemberian pendidikan, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Spanyol juga berusaha untuk menyatukan masyarakat Filipina dengan berbagai cara seperti pemberian hadiah-hadiah saebagai salah satu bentuk persuasif dan pendekatan halus. Namun kalangan masyarakat Muslim menjadi salah satu penghambat terbesar tidak dapat disatukannya keseluruhan masyarakat Filipina, sebab masyarakat Muslim menilai bahwa mereka berbeda dengan masyarakat Filipina lain yang beragama Kristen, terutama dalam pemahaman ideologi. Perlawanan masyarakat Muslim juga terus menumpahkan darah selama era penjajahan Spanyol. Penjajahan Spanyol kemudian diakhiri dengan kalahnya bangsa Spanyol melawan Filipina yang dibantu oleh Amerika pada tahun 1989.
            Penjajahan di Filipina tidak berakhir begitu saja dengan kemenangannya melawan penjajah dari Spanyol. Setelah Spanyol pergi dari Filipina, Amerika justru kemudian menduduki Filipina dengan alasan menjadikan Filipina contoh negara dengan sistem pemerintahan liberal di wilayah Asia. Proklamasi kemerdekaan Filipina pada tahun 1989 tidak begitu saja diakui oleh Amerika. Pada tahun 1899 Filipina menyatakan perang terhadap Amerika yang kemudian berlangsung selama dua tahun lamanya. Namun hal ini belum membawa keberuntungan untuk Filipina, justru Presiden Filipina Emilio Aguinaldo ditangkap dan pemerintah Amerika menyatakan secara resmi konflik berakhir pada tahun 1902. Hal ini tidak menyurutkan permusuhan yang terjadi antara pemerintah Amerika dengan pemimpin-pemimpin di Filipina. Baru pada sekitar tahun 1913 permusuhan di antara keduanya mulai menyurut. Selama masa kedudukannya, pemerintah kolonial Amerika dimulai pada tahun 1905 dengan otonomi lokal yang sangat terbatas. Kemudian pada tahun 1935 otonomi parsial atau status persemakmuran baru mulai diberikan dengan kemerdekaan penuh yang direncanakan pada tahun 1946.
            Pada masa perang dunia II, melibatkan pula sengketa antara Amerika dan Jepang yang kemudian berimbas pada Filipina. Pada tanggal April 1942 pengakuan kekalahan diumumkan oleh tentara Amerika-Filipina di Bataan Peninsula hingga pada tanggal 6 Mei 1942 jepang berhasil menduduki dan menaklukkan Filipina. Pada masa itu Jepang sempat mengorganisir struktur pemerintahan yang baru di Filipina dan mendirikan komisi eksekutif di Filipina. Selanjutnya, mereka memimpin urusan rakyat sipil hingga Oktober 1943. Pada 1945 tentara sekutu memulai pembalasan dendamnya terhadap Jepang dengan dijatuhkannya bom Hiroshima dan Nagasaki, serta membuat Jepang kalah telak dari pertempuran tersebut. Filipina kembali jatuh ke tangan Amerika, namun pada tahun 1946 pemerintah Amerika menepati janji untuk memberikan kemerdekaan terhadap Filipina. Kemerdekaan tersebut kemudian diakui dan mengangkat Manuel Quezon sebagai Presiden yang pertama.

Nasionalisme di Filipina
            Pergerakan dan kebangkitan nasionalisme di Filipina dibagi menjadi tiga periode yaitu ; gerakan yang berlangsung sampai tahun 1972, gerakan yang berlangsung antara tahun 1872-1896, gerakan yang berlangsung antara tahun 1896-1901. Beberapa faktor penyebab lahirnya gerakan nasionalisme di Filipina, adalah :
Faktor Intern :
-         1. Sistem pemerintahan yang dianut pada masa kolonialisme Spanyol di Filipina yaitu menggunakan sistem dua kekuasaan. Pemerintahan sipil yang dipimpin oleh Gubernur Jenderal dan bertanggung jawab atas Raja Spanyol. Pemerintahan agama yang dipimpin oleh seorang Uskup dan bertanggung jawab atas Paus di Roma. Sistem pemerintahan agama ini sangat berpengaruh besar bagi kebangkitan nasionalisme di Filipina, sebab mereka bersifat mendidik masyarakat Filipina sebagai misionaris agama yang justru kemudian membangkitkan kesadaran masyarakat Filipina bahwa mereka dijajah dan ingin terbebas dari belenggu tersebut.
-        2.  Bangsa Spanyol mendidik masyrakat Filipina dengan budaya Eropa dan dengan diadakannya misionaris agama, muncul kalangan masyarakat Filipina yang terpelajar, berintelektual dan berpendidikan barat sehingga muncul pula kesadaran nasional dan mengembangkannya.
-         3. Imperialisme Spanyol yang bertindak kejam. Tidak ada kebebasan untuk mengeluarkan pendapat maupun menuntut hal-hal mengenai perbaikan pemerintahan.
-         4. Penguasa gereja mengekang kehidupan masyarakat Filipina. Tanah Filipina sebagian besar milik biara dan petani hanya sebagai penyewa tanah.
Faktor Ekstern :
-         1. Pembukaan Terusan Suez pada tahun 1869 yang lebih mudah dalam menghubungkan arus informasi dari barat kepada negara-negara lain khususnya di wilayah Asia. Hal ini menyebabkan masuknya paham liberalisme dan demokrasi di Filipina.
-         2. Revolusi Industri II yang ditandai dengan ditemukannya alat-alat transportasi dan komunikasi pada saat itu memperluas pemahaman masyarakat Filipina akan penjajahan.
-         3. Pengaruh revolusi negara-negara di Amerika Latin yang mampu memerdekakan diri dari bangsa Spanyol. Diantaranya yaitu perang Kemerdekaan Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan terhadap Spanyol (1810-1828) , membangkitkan semangat masyarakat Filipina bahwa Spanyol dapat dikalahkan.
Pada periode pertama, gerakan-gerakan nasionalisme masih berupa perlawanan-perlawanan lokal ditempat tertentu. Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh ketidakadilan yang dialami masyarakat seperti kaum petani yang dikuasai tanahnya, atau kaum gereja dan pegawai yang gajinya kecil. Selain itu pada periode pertama juga banyak perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat Muslim di bagian selatan Filipina dalam upaya menentang penyebaran agama maupun ideologi Kristen pada wilayah mereka. Pada tahun 1821 terjadi pemberontakan di Novales dan di Toyabas pada tahun 1842. Pada 1872 pecah pemberontakan di Cavite oleh rakyat dan tentara melawan kalangan pendeta-pendeta Dominican Spanyol.
            Pada periode yang kedua didirikanlah sebuah organisasi yang dinamakan Comparenismo yang artinya persahabatan. Comparenismo ini didirikan pada tahun 1880 dengan tujuan mengusahakan pendidikan yang patriotis bagi masyarakat Filipina. Organisasi ini menjadi cikal bakal banyaknya kaum intelektual yang lahir. Pada tahun 1882 Jose Rizal mendirikan sebuah organisasi bernama Liga Filipina. Liga Filipina menjadi satu gerakan yang menggemparkan pemerintah kolonial Spanyol di Filipina. Sebab Jose Rizal sendiri juga seorang dokter, ahli sastra dan telah mengunjungi Spanyol, Prancis, Jerman dan Inggris. Bukunya yang berjudul Noli Metangere atau artinya Jangan Menyinggung Saya berisi kritikan pedas untuk penguasa gereja dan pemerintah kolonial. Ia kemudian ditangkap dan diasingkan. Setelah itu para pemimpin gerakan menganggap bahwa jalan damai akan sulit ditempuh maka mereka melaksanakan jalan pemberontakan bersenjata.
            Pada tahun 1893 Andres Banifacio mendirikan Katipunan yaitu gerakan nasionalisme melalui jalan pemberontakan bersenjata untuk melawan penjajah Spanyol. Namun ternyata pemberontakan ini gagal dalam melawan Spanyol. Jose Rizal yang dituduh sebagai dalang pemberontakan ini kemudian dihukum mati pada tanggal 30 Desember 1896. Namun Andres Banifacio yang sebenarnya memimpin pemberontakan ini berhasil meloloskan diri. Pemberontakan Katipunan tidak sampai disitu saja, pada 1896 Euriho Aqwnaldo melanjutkan pemberontakan tersebut. Hingga pada akhirnya pemerintah Spanyol mengadakan perjanjian dengan Filipina yaitu Perjanjian Biacna Bato (1897) yang berisi bahwa Spanyol berjanji akan mengadakan perbaikan pemerintahan di Filipina dalam jangka waktu 3 tahun, dengan syarat Aqwnaldo harus meninggalkan Filipina ke Hongkong.
            Pada periode ketiga, setelah Aqwnaldo pergi ternyata perjuangan melawan penjajah berhenti dan Spanyol tidak menepati janjinya. Aqwnaldo kemudian kembali ke Filipina untuk memproklamasikan kemerdekaan Filipina pada tanggal 12 Juni 1898. Ia membentuk aliansi bersama Amerika untuk melawan Spanyol hingga tanggal 13 Agustus 1898 Manila jatuh. Melalui Perjanjian Paris 10 Desember 1898 Spanyol menyerahkan Filipina kepada Amerika dengan menerima uang sebanyak $20.000.000,00. Kepergian Spanyol dari Filipina justru membuat Filipina ternyata dikuasai oleh Amerika dan tidak mengakui kemerdekaan Filipina meskipun UUD dibentuk pada 1898. Perjuangan Aqwnaldo selama dua tahun ternyata belum berhasil dan pada akhirnya ia ditangkap. Gerilyawan lainnya kemudian melanjutkan perjuangan hingga tahun 1902.
            Amerika kemudian mendapat kecaman dari bangsa Eropa karena dianggap telah melanggar Doktrin Monroe yang isinya mengatakan Amerika anti Kolonialisme dan Imperialisme dan dianggap sebagai ancaman baru atas kekuasaannya di Asia. Untuk meredakan hal tersebut Amerika berdalih bahwa Filipina akan dijadikan model negara dengan sistem kekuasaan liberal seperti Amerika di wilayah Asia. Akhirnya pada tahun 1919 delegasi Filipina di bawah Manuel Quezon pergi ke Amerika untuk menuntut kemerdekaan penuh atas Filipina seperti yang pernah dijanjikan oleh Amerika. Amerika kemudian menjawab dengan The Wood Forbes Mission pada tahun 1922 yang isinya menyatakan bahwa Filipina belum mampu merdeka. Masyarakat Filipina menolak hal tersebut dan Senat Filipina meletakkan jabatannya untuk menuntut kemerdekaan penuh.
            Filipina kemudian sempat diduduki oleh Jepang karena kekalahan sekutu pada tahun 1942. Sejak itu Jepang menggunakan masyarakat Filipina di bawah Presiden Laurel sebagai teman untuk melawan sekutu. Namun Jepang kemudian dikalahkan oleh sekutu pada tahun 1946. Pada tahun itulah Amerika menepati janji dan memberikan kemerdekaan bagi Filipina pada tanggal 4 Juli 1946 dengan Presiden pertamanya yaitu Manuel Quezon.

Kesimpulan :
            Nasionalisme di Filipina dipicu oleh beberapa faktor, yaitu pembentukan sistem pemerintahan dengan dua model kekuasaan (warisan dari kolonialisme Spanyol) ; yang pertama, pemerintahan sipil dari setiap daerah dipimpin oleh Gubernur Jenderal yang kemudian bertanggung jawab terhadap Raja Spanyol. Yang kedua, terdapat pemerintahan agama yang dipimpin oleh Uskup dan kemudian bertanggung jawab kepada Paus di Roma. Pada hal ini, pemerintahan agama yang memberikan peran penting dalam membangkitkan nasionalisme, karena menumbuhkan kesadaran serta mendidik masyarakat Filipina sebagai misionaris agama Kristen.
            Faktor kolonialisme yang kemudian menjadi penyebab bangkitnya nasionalisme Filipina antara lain adalah imperialisme Spanyol yang bertindak kejam dan kolot, lahirnya kaum intelektual atau terpelajar di Filipina, pengekangan yang dilakukan oleh penguasa gereja terhadap masyarakat Filipina, pengaruh paham liberalisme dan demokrasi yang mulai menyebar di Filipina setelah dibukanya Terusan Suez, serta adanya pengaruh revolusi kemerdekaan negara-negara di Amerika Latin yang menentang Spanyol.
            Selama masa kebangkitan nasionalisme di Filipina, terdapat beberapa gerakan yang bertujuan untuk melawan penjajahan dan imperialisme di Spanyol, yaitu ; Companerismo, atau yang dikenal dengan arti persahabatan dan didirikan pada tahun 1880 dengan tujuan mengusahakan pendidikan patriotis masyarakat Filipina. Ada juga Liga Filipina pada tahun dengan pendirinya yang terkenal yaitu Jose Rizal, yaitu sebuah gerakan pertama pada tahun 1882 yang tujuannya memerdekakan Filipina dengan cara menentang dan memberikan perlawanan terhadap Spanyol. Selain itu terkenal juga sebuah pemberontakan Katipunan yang dipimpin oleh Andres Banifacio pada tahun 1893 yang justru kembali gagal pada tahun 1896. Namun nasionalisme terus berlanjut yang kemudian pemberontakan-pemberontakan dipimpin oleh Euriho Aqwnaldo menghasilkan Perjanjian Biacna Bato oleh pihak Filipina dan Spanyol (1897). Meskipun pada awalnya perjanjian ini diingkari oleh pihak Spanyol, namun berkat aliansi yang terjadi antara Filipina dan Amerika berhasil mengusir Spanyol pergi dari Filipina 13 Agustus 1898 (tepat pada saat Manila jatuh), dan pada tanggal 10 Desember 1898 melalui Perjanjian Paris Spanyol menyerahkan Filipina kepada Amerika.
Kejatuhan Filipina ke tangan Amerika tidak membuat mereka lepas dari penjajahan. Amerika memanfaatkan hal ini untuk menjajah Filipina. Perjuangan melawan Amerika yang dipimpin oleh Euriho Aqwnaldo tetap berlanjut hingga dua tahun lamanya sampai pada tahun 1901, namun tetap saja belum membuahkan hasil. Pada tanggal 1919 delegasi Filipina di bawah Manuel Quezon pergi ke Amerika dengan membawa tuntutan atas kemerdekaan penuh. Amerika menjawab dengan dikirimkannya The Wood Forbes Mission pada tahun 1922. Tetapi kemudian pada 6 Mei 1942 seluruh Filipina jatuh ke tangan Jepang, sehingga mengalami masa pendudukan Jepang. Masa pendudukan Jepang ini berakhir pada tahun 1945-1946 dimana Jepang berhasil ditaklukkan oleh sekutu. Hingga akhirnya pada tanggal 4 Juli 1946 Filipina berhasil mendapatkan kemerdekaannya dari Amerika. 

Referensi
Cullinane, Michael. 2003. Ilustrado Politics ; Filipino Elite responses to American Rule, 1898-1908. Manila : Ateneo De Manila University Press.
Senauth, Frank. 2012. The Making of The Philippines. Bloomington : AuthorHouse.
Perdon, Renato. 2008. Footnotes to Philippine History. Boca raton : Universal-Publishers.
Chandler, David P. 1985. In Search of Southeast Asia. Honolulu : University of Hawaii Press.
Dyal, Donald H. 1996. Historical Dictionary of The Spanish American War. Westport : Greenwood Press.
Valdez, Maria Stella Sibal. 2007. Doctor Jose Rizal and The Writing of His History. Quezon City : Rex Book Store, Inc.
Halili, Maria Christine N. 2004. Philippine History. Quezon City : Rex Book Store, Inc.
Et Al, Sagmit. 2007. The Filipino Moving Onward. Quezon City : Rex Book Store, Inc.